Sukses itu Pilihan
Kau berharap sukses,
namun enggan melangkah di jalan kesuksesan. Ingatlah, sesungguhnya kapal itu
tidak akan berlayar di atas daratan
Apa keinginan dan
harapan Anda saat ini? Setiap orang pasti mempunyai keinginan dan harapan.
Ketika diajukan pertanyaan ini, tentu mereka memiliki jawaban
sendiri-sendiri—terkadang sama dan kadang juga berbeda-beda. Yang pasti, setiap
orang ingin sukses, serta semua keinginan dan harapannya tercapai.
Kita mungkin telah
menetapkan suatu tujuan, tapi terkadang kita belum memulainya karena suatu
alasan yang tak jelas. Padahal, kalau kita menginginkan sesuatu, maka kita
harus berusaha untuk mewujudkannya. Tanpa berbuat apa-apa, kita bukanlah
siapa-siapa. Penyair WS Rendra mengatakan, “Perjuangan adalah melaksanakan
kata-kata.”
Untuk menuju
kesuksesan, setidaknya ada dua hal yang harus dipenuhi. Pertama, harus melalui
proses. Tidak ada kesuksesan yang instan di dunia ini. Kalau pun ada, biasanya
tidak bersifat langgeng. Ada kaidah fikih yang mengatakan, “Perintah terhadap
sesuatu berarti perintah juga terhadap segala wasilah-nya.”
Wasilah ini bisa berarti jalan-jalan, faktor-faktor, syarat-syarat, atau
konsekuensi-konsekuensi yang harus ditempuh menuju kesuksesan. Artinya, perkara
wajib yang tidak bisa sempurna (pelaksanaannya) kecuali dengan keberadaan
sesuatu hal, maka hal tersebut hukumnya wajib pula.
Imam Ali bin Abi
Thalib pernah mengatakan, “Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah kau hidup
selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah kau mati esok hari.”
Intinya, hidup ini perlu perjuangan dan kesungguhan. Tanpa keduanya, tidak
ada yang namanya kesuksesan.
Namun begitu, kerja
keras saja tidak cukup. Kita perlu dua kerja lainnya, yaitu kerja cerdas dan
kerja ikhlas. Kerja keras kita butuhkan untuk menambah jumlah input
energi yang lebih besar. Kerja cerdas adalah usaha untuk melakukan hal-hal
melalui pertimbangan yang matang atau tidak asal-asalan. Sedangkan kerja ikhlas
berfungsi untuk mengeluarkah segala unsur negatif lalu menggantinya dengan
unsur positif.
Kedua, mengambil
hikmah. Kegagalan merupakan kepastian atau konsekuensi usaha. Kegagalan pada
hakikatnya tidak menentukan nasib kita berikutnya, tetapi apa yang kita
usahakan setelah kegagalan itulah yang menentukan. Apakah kita menjadikan
kegagalan itu sebagai pelajaran atau justru menyurutkan langkah kita.
Inilah yang bisa kita
jadikan sebagai mesin penggerak atau motivasi. Motivasi adalah sesuatu yang
menggerakkan seseorang untuk beraksi. Sesuatu di sini bisa kebutuhan, ledakan
emosi, atau dorongan tertentu. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan motivasi sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang—baik
secara sadar atau tidak—untuk melakukan suatu tindakan.
Sebagaimana kita,
hidup ini tidak selalu berisi hal-hal yang kita inginkan. Jika hanya
termotivasi oleh hal-hal yang kita inginkan, lalu menjadi loyo oleh hal-hal
yang tidak kita inginkan, maka langkah kita akan mudah ditekuk oleh realitas.
Sedikit sekali kebaikan yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri, orang lain,
dan hidup ini.
Jika kita memilih
pikiran, sikap, dan tindakan yang
positif, maka pilihan itu akan mengakibatkan hasil yang positif.
Meski tidak semua kegagalan akan melahirkan keberhasilan, tetapi semua
keberhasilan pasti dibangun dari kegagalan.
Inilah hikmah di balik
kegagalan. Dale Carnegie, seorang motivator terkenal dari negeri Paman Sam,
pernah berkata, “Orang berprestasi akan mendapatkan keuntungan dari
kesalahannya dan mencoba lagi dengan cara yang berbeda.”
Ketika melihat
kesuksesan orang lain, kita menjadi iri hati. Karena kita pernah gagal dan
tidak berani mencoba lagi, lalu terbesit dalam benak kita bahwa kemampuan
melakukan hal-hal besar hanyalah milik orang tersebut. Inilah yang disebut
mental takut sukses, yaitu perasaan yang mengajak kita untuk menghindari usaha
setelah kita gagal.
Ini jangan sampai terjadi pada kita. Kalau pun itu sudah
terjadi, jangan biarkan itu menjadi abadi atau berlangsung terlalu lama.
Mengharap sesuatu tapi tidak berusaha meraihnya, bagaikan sebuah kapal yang
berlayar di atas daratan. Tentu, kapal tersebut tidak akan pernah sampai pada
tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar